“Jasad ini tidak
terlambat
Untuk bertemu
denganmu
Kecuali hati ini
merindukanmu
Dan ingin cepat-cepat
bertemu denganmu
Bagaimana bisa duduk
tenang
Seorang yang sedang
dilanda rindu
Yang selalu digerakkan
oleh dua kekuatan,
Yaitu kerinduan dan
harapan
Jika aku berdiri
untuk berjalan,
Maka tidak ada tujuan
bagiku
Kecuali hanya engkau
Dan jika aku duduk,
Tidak ada yang
menyibukkan hati ini
Kecuali hanya engkau
Aku merindukanmu,
Namun keinginan hati
untuk bertemu denganmu
Tidak bisa
terkabulkan
Dearest Diary, malam menjelang tidur.....
Rasul, aku ingin bertemu. Mengadukan segalanya padamu. Membenamkan
wajakku pada dekapan hangat tubuhmu, seperti dekapan seorang ayah kepada putrinya.
Rasul... selalu kubayangkan aku menjumpaimu. Duduk di sampingmu,
menangis di pundakmu dan menelungsupkan sembabnya wajahku dalam lebar jubah
putihmu. Lalu kau hapus air mataku dengan sorban hijaumu, ya Rasul.....
Tapi, ini terlalu muluk. Aku malu, wahai kekasihku. Karna aku
tak pernah pantas untuk itu. Tapi.... aku begitu rindu, pada wangi misk
keringatmu, pada cahaya yang berpendaran di bola mata dan wajahmu, pada
tegapnya tubuhmu, pada tanda sujud yang
menghitam di dahimu, juga pada senyum ramahmu yang mampu memabukkan siapa saja
yang menatapmu. Aku ingin sosokmu, ya
Hubb. Hadir di depanku, walau hanya dalam mimpi. Tapi ini sungguh tidak
mungkin. Amat sangat mustahil!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar