O-CLOCK!

Rabu, 15 Januari 2014

anak ayam yang menjadi serigala (sebuah maav ato mati) ahkir cerita :)

Dulu, aku terlahir sebagai anak ayam. kecil, lemah, sangat rentan bahkanuntuk sekedar menompang hembusan angin. seiring jalannya waktu, aku tumbuhmenjadi ayam kecil, lalu beranjak remaja. tapi, tetap saja aku masih ayam yanglemah. aku lebih memilih diam ato kabur jika ada ayam lain yang lebih gagahdariku, yang sikapnya anggun, pintar, dan bersahaja persis CINDERELLA dalamnegri dongeng.
Dalam keadaan lemah begitu, sangat pas buatku untuk mengambil sikap menghindardaripada berhadapan dengan kekuatan diatasku. Ya, timbang aku tak ada muka/malu oleh tatapan ayam cinderlla itu. begitulag adaku, being-ku, sejaklahir hingga besar.
Tapi kini, saksikanlah! buka mata kalian, wahai ayam2 di seluruh kandangbesar ini, aku telah menjelma seekor serigala! serigala berbulu lebat, bercakarlancip, bertaring tajamdan panjang, bermata merah, serta bersuara halilintar.
Wujud keserigalaanku yang kian menakjubkan ini betapa sangat kuatmendorongku untuk berbuat sesuka-sukaku. semau gue! bahkan, sekalipun aku tahuapa yang aku mau, apa yang aku katakan, dan apa yang aku lakukan sebenarnyahanyalah kekonyolan belaka. Namun, begitulah kuturuti panduan instingku sebagaiserigala.
Jangankan sampai ada yang berani berdiri tegak di hadapanku, menatap mataku,atau BERKATA keras padaku, sekedar aku merasakan ada BAHASA TUBUH atauKATA-KATA mereka yang tidak mendukung mauku atau MEMBANTAH inginku, akulangsung berdiri tegak siap menerkam. sampai-sampai liurku berlompatan diantarataring2ku.
Angkuhku tampak sangat didih setiap kali kuberhasil memperlihatkan taring2amarahku yang mencerminkan dengan sempurna segala kekuatanku sebagai serigala.meski, betapa sungguh amat sering, kala malam memelukku dihadapan pesona bulanyang tak pernah mampu kusentuh meski sangat kucintai itu, aku menyadari bahwasungguh lanturan amarahku, emosi-emosiku sama sekali tak ada manfaatnya buatkusendiri apa lagi buat mereka.
Aku paham bahwa diatas kepongahan amarahku yang sedahsyat badai itu ternyatabadanku tetap saja sebesar ini, bulu-bulu tebalku tetap saja sebanyak ini, dantaring2ku tetap saja sepanjang ini. aku tetap saja adalah seekor serigaladengan bobot yang sama, tidak bertambah secuilpun, kendati aku terus-menerusmembiarkan diriku dikuasai oleh segala emosiku yang meledak-ledak.
Aku pun tetap saja tak kunjung mampu mencium bulan yang amat kupuja itumeski aku terus menerus menerkam dan menerjang hebat diatas segala kekuatan dankegagahanku untuk mempertontonkan keperkasaanku sebagai serigala.
Egoku begitu sulit kukendalikan oleh tanganku sendiri, yang itu selaluterulang lantaran selalu saja aku menganggap diriku adalah serigala yang merasamemiliki kekuatan dahsyat. Ya rasa memiliki kekuatan inilah biang kerok yangmenyebabkanku selalu tergerus emosi dan amarah.
Merasa diri memiliki taring, cakar, mata merah, bulu tebal, dan badan gagahadalah serangkaian symbol kekuatan yang menjadi sumber semua keangkuhan egoku. Jikalauaku berhasil menepiskan merasa memiliki semua simbol kekuatan itu, tentulah akutakkan pernah berani untuk merasa patut angkuh, sombong, ceroboh dan emosional.
Tapi bagaimana caraku agar bias melupakan bahwa aku adalah seekor serigalayang bertaring, bercakar, bermata merah, berbulu tebal dan berbadan gagahjuntai?
Diantara kesenduan yang dibelai cahaya bulan itu, tiba2 aku merasasendiri.sunyi.sepi. padahal, aku masi benar2 ada di dunia ini, bernapas, danhodup dengan sangat nyata. Ah, betapa tidak nyamannya didera sunyi. Apalagi,kesunyian dalam kematian.
Bagaimana keadaanku bila aku benar2 telah mengalami kematian itu? Sendirian dalamgelap, pekat, dingin, lembap, serta tanpa apapun dan siapapun yang menemani. Bukankahitu akan menjadi sangat nyata? Cepat atau lambat. Lantaran,  meski aku adalah serigala yang gagah, toh akutetaplah makhluh hidup yang niscaya mati?
Ah, betapa konyolnya sikap2 angkuhku itu bila disandingkan dengan masamatiku yang pasti tiba itu. Keangkuhan macam apa sebenarnya yang tengah kupelukini? Bukankah sejatinya aku ini sangat hina dan lemah? Lalu, bagaimana mungkinaku bias berkata dan berbuat kasar temperamental begitu di antara kehinaan dankelemahanku ini? Bukankah ini perilaku yang sangat dungu?
Kian dalam kuselami penantianku atas kematian itu, kian perih matakumengingat betapa telah sangat banyak hati ayam2 disekelilingku yang tersakiti oleh keangkuhanku selama ini. Kuingatbetul betapa wajah mereka atau mungkin mata mereka dengan sebuah hujatan ataukilatan  penuh kebencian setiap kalimenerima serepah egoku.
Apa yang mereka rasakan saat tersakiti oleh amarah dan emosiku jelas takpernah ingin terjadi padaku. Ah, egois benar aku. Padahal bila ku ingat masakecilku, saat aku masih menjadi ayam, betapa aku mudah gemetar, takut, bahkanmenangis sendirian bila diperlakukan buruk oleh ayam lain.
Ingat benar aku bahwa segala rasa buruk itu sungguh tidak nyaman sama sekalikupikul. Mereka pun mengalami ketaknyamanan yang sama. Tapi, kenapa aku masihsaja berbuat arogan, emosional, dan buruk pada mereka? Padaha, aku sangat tahubahwa itu begitu membuat jengkel dan menjauh, membuat rasa sesak benci dihati. Dankarenanya aku tak ingin diperlakukan seperti itu?!
Ah, ternyata mau itu ayam ato serigala sama2 merasakan  ketaknyamanan yang sama saat menerima sebuahkeangkuhan. Jika begitui, kalau ternyata aku masih saja angkuh dan emosional,yang itu bearti menyematkan ketaknyamanan kepada ayam2 itu, bukankah sesungguhnyaaku ini adalah sebuah kebodohan?
Saat fajar menyentuh bulu2ku, kuikrarkan janji dalam hati. Mulai besok, akutakkan bersikap angkuh arogan emosional dan temperamental lagi kepada ayam2itu. Karena ku sadar sesadar-sadarnya bahwa memperturutkan keangkuhan apapun,selain takkan memberikan tambahan nilai apapun kepada diriku, juga hanya akanmenorehkan luka dihati ayam ayam itu, luka yang tak pernah kuimpikan terjadi padadiriku sendiri.
Maav bila kata telah menjadikan luka dihati sahabatku. Aku sayang kalian :)

20 september 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar